Minggu, 30 Mei 2010

Cukup Ita, Saya Mohon....

Saya seperti tidak mengenal diri saya sendiri.
Saya lepas kendali atas diri saya sendiri.
Saya berada di luar diri saya saat ini.

Saya wanita yang mandiri, independen, ceria, dinamis, bertanggung jawab, dan banyak lagi penilaian subjektif terhadap diri saya, oleh saya sendiri. Entahlah, apa semua itu sebagaimana halnya penilaian orang lain atau tidak. Tapi saat ini saya sedang tidak peduli dengan penilaian orang lain.
Namun sering saya merasa begitu bodoh. Begitu lemah, seperti pecundang yang kemudian merasa kalah. Ketika saya mendapati diri saya menangis sendirian di dalam kamar saya yg sempit, saya begitu tertekan. Saya seperti ruh yang tak kuasa menenangkan jasmani saya yang lelah. Saya termenung menatap diri saya yang terus menangis hingga matanya membengkak. Ruh saya terus berteriak "CUKUP ITA!CUKUP!" tepat di telinga saya sendiri. Batin saya yang sering merasa terkoyak seakan melemah perlahan.

Saya diam.
Saya termenung blo'on.
Pikiran saya terbang tak tentu arah.
Sekilas terbayang keceriaan saya bersama sahabat-sahabat lawas.
Sesekali terlintas di pikiran saya senyuman Alm. Eyangti yang begitu damai.
Saya mencari terus kemana perginya diri saya yang hilang.
Saya seperti kehilangan.
Astaga... apa yang sedang terjadi. Bahkan saya sendiri sulit mengontrol emosi yang naik turun tak pernah stabil ini.

Banyak orang yang menganggap saya wanita yang tegar. Mampu menghadapi cobaan dengan tenang. Tapi mereka tak selamanya benar. Saya tertekan. Saya marah. Saya sering merasakan disorientasi yang kemudian berakhir dengan tangisan. Yang menjadi pembelaan saya hanyalah, karena saya manusia.
Saya sering membuat pacar saya bingung untuk berbuat sesuatu demi menenangkan saya ketika saya merasa kesal. Saya sering bertingkah kekanak-kanakan sehingga merasa diabaikan. Saya sering membuatnya kesal dan merasa disudutkan. Saya sering melakukan hal-hal bodoh yang kemudian berakhir dengan kata maaf.

Cukup Ita..
Cukup untuk segala hal yang kau harapkan terlalu tinggi dan berlebihan.
tentang perhatian dan afeksi yang melimpah. belum saatnya kau dapatkan.
Cukup untuk berbuat bodoh dan akhirnya kau sendiri yang harus meminta maaf.
Cukup untuk menangisi diri sendiri dan orang lain di kamar.
Cukup untuk memaki diri sendiri dan merasa tak berguna.
Cukup untuk semua pikiran-pikiran pecundang yang bersemayam di benakmu.
Cukup untuk merasa kau pantas diperlakukan selayaknya wanita.

Saya hanya ingin bahagia. Tanpa mengurangi kebahagiaan orang lain.
Saya ingin hadir dalam setiap kebahagiaan orang lain dan turut merayakannya.

Cukup Ita.. Saya mohon..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar