Selasa, 25 Mei 2010

Namaku Cahaya..

Noor Aprilia Puspitasari. Cahaya di bulan April. Puspitasarinya cuma biar panjang aja..Kurang-lebih, jelek-bagus, itu arti dari nama saya. Setidaknya begitulah yang saya ingat dari ucapan Papa ketika saya bertanya pada beliau tentang apa arti nama saya.

Lahir di Ibukota Jawa tengah, 5 April 1989 dan hanya menempuh pendidikan sampai dengan kelas 3 SD di Semarang yang kemudian -- di usia saya yang masih sangaaaat belia itu-- saya memutuskan untuk pindah ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah di sana hanya karena iming-iming kakak laki-laki saya. Saya anak ke dua dari tiga bersaudara. sebetulnya kami bertiga sulit dipisahkan. Tapi entah bagaimana, kakak saya pindah ke Jakarta terlebih dahulu. Masih lekat betul di ingatan, ketika itu, kakak saya, yang masih duduk di bangku kelas 5 SD menelpon dan mendeskripsikan betapa menyenangkan belajar komputer di Ibukota Jakarta. Haha..kalo diingat-ingat..norak juga ya saya pada waktu itu (Maklum saat itu di daerah seperti Semarang, pendidikan Sekolah Dasar masih belum mengenal Komputer). Dengan logat jawa yang masih sangat kental, saya merengek dan meminta terang-terangan ke papa dan mama saya untuk mengajak saya ke Jakarta dan melanjutkan sekolah sampai perguruan tinggi di Ibukota.

kebetulan, dan mungkin juga memang takdir saya, Kakek saya datang dari Jakarta dan memboyong saya beserta adik saya untuk tinggal bersama di Jakarta. Akhirnya kami bertiga dipersatukan. ^.^

Tinggal dengan keluarga besar dalam satu atap menjadi pemandangan yang cukup menarik dan penuh dilematika sekaligus dinamika bagi saya. Saya lebih memilih bermain dan menikmati masa kanak-kanak saya ketimbang berdiam diri di rumah yang saat itu tidak terlalu kondusif untuk anak kecil seusia saya. Sejak kecil, saya sering bermain dan bertingkah layaknya anak laki-laki. Mungkin karena saya anak wanita satu-satunya. Saya lebih tertarik main di selokan ketimbang main boneka dan "anteng" di rumah. Saya lebih gembira memanjat pohon jambu dan memakannya walau belum cukup ranum, ketimbang main masak-masakan bersama anak-anak tetangga. Masa kecil saya penuh dengan kegiatan-kegiatan dan permainan2 aneh dan menantang, Saya seperti berada di dunia lain yang hanya ada saya, kakak saya, sepeda kami, pepohonan, kayu, pasir, dan berbagai benda-beda purbakala yang sebenarnya hanyalah imajinasi kami. yang jika saya ingat-ingat, lebih pada permainan anak autis. hehe..

Saya suka sekali belajar,
yaa..bukan dengan cara membaca tumpukan buku sampai harus mengenakan kacamata tebal. Tapi saya senang sekali belajar hal-hal baru yang ada di sekitar saya, atau yang saya alami dari pengalaman saya dan orang lain. Saya dianggap termasuk anak yang paling rajin dalam keluarga saya dibandingkan dengan dua saudara laki-laki saya. Saya selalu mendapatkan peringkat tinggi di kelas, beasiswa, predikat-predikat membanggakan dari sekolah, dll. Saya dinilai ulet dan cekatan. Mencintai kerja keras, dan nyaris perfeksionis.

Saya bukan wanita yang feminim dan memiliki postur tubuh ideal,
Ya, kalimat cercaaan dari yang sangat halus sampai dengan yang terlalu sarkasme sudah saya telah mentah-mentah. Rasanya agak pahit di tenggorokan ya.. :)
Tapi itulah saya. memang terkadang merasa terganggu dengan ucapan-ucapan minor di sekitar saya. Namun saya yakin, setiap manusia diciptakan oleh Tuhan dengan begitu sempurna. begitu seimbang, ideal, dan indah. Saya tidak mengandalkan fisik saya untuk menarik perhatian orang-orang di sekitar saya untuk bersahabat. Saya lebih suka berbagi cara pandang dan pemikiran sehingga bobot persahabatan kami tidak hanya sebatas persamaan keindahan fisik semata.

Saya memiliki malaikat yang jauh di belahan dunia sana,
Saya memiliki 3 malaikat yang selalu ada untuk saya. Malaikat Rokib, Atid, dan satu lagi adalah tante saya. Dewi Sulistyowati yang sering disapa Evie. Di mata saya, dia adalah sosok wanita yang begitu tangguh. Saya banyak belajar darinya. Namun memang begitu sulit untuk menjadi pribadi sepertinya. Dinamika kehidupannya begitu berwarna. namun Ia mampu menghadapinya dengan tenang. Saat ini memang kami berada di lain benua. beliau tinggal dan menetap di Chicago, USA. Saya di Cinere ;)
Saat saya merasa begitu lemah, saya bercerita panjang lebar dengannya melalui jejaring sosial, atau email. Cara pandangnya sangat universal, objektif dan demokratis. Saya merasa begitu beruntung memiliki tante sepertinya. Semoga saya dapat menjalani segala bentuk dinamika hidup sekuat beliau menghadapi kehidupannya.

Cinta pertama saya hadir di usia saya yang ke 19,
Mungkin yang ini membuat saya sedikit tersenyum-senyum saat menceritakannya. hehe. Awal Mei 2008 menjadi hari bersejarah untuk kehidupan percintaan saya. Seorang dengan kepribadian yang tenang, plegmatis, dewasa, santai cukup menyita pikiran saya, memikirkan apa saya yg ada di dalam isi kepalanya. Ia lelaki yang banyak tahu, memiliki banyak teman, mudah bergaul, rendah hati, dan berwawasan luas.
Lahir dengan nama Suluh Gembyeng Ciptadi. Sekilas mendengar namanya begitu unik dan menarik bukan? ya..nama yang unik..
Usianya 2 tahun di atas saya. Kami bertemu pertama kali di hari kesekian semester 1 saat memulai dunia perkuliahan. Belum waktunya saya menulis tentangnya saat ini, lain waktu saja.hhe..

Saya tumbuh menjadi wanita yang........
Saya belum juga memahami siapa saya saat ini. Saya masih sibuk mencari, menata dan memilah siapa sejatinya saya layak disebut.
Semoga seiring berjalannya waktu, saya akan menemukan jawabannya.

Best regards,
ita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar