Jumat, 06 Agustus 2010

Percayalah, Tidak selamanya saya bisa dipercaya.

Hiyaaa....sudah 2 bulan saya tidak membiarkan jemari saya menari-nari di atas keyboard laptop kesayangan saya ini, setidaknya untuk menuangkan sekelumit warna-warni kehidupan. :)
Ada banyak kejadian yang terdramatisir secara alamiah di depan mata saya beberapa waktu belakangan. Salah satunya adalah ketika otak saya mulai "melemah" dan ingin lepas dari segala hal yang berbau rutinitas. Saya ingin belanja, liburan, jalan-jalan, makan-makan, atau hanya sekedar tidur-tiduran di kamar kesayangan. Rasanya saya seperti bukan manusia yang berpikir dan berpendidikan. Ingin melakukan hal-hal di luar nalar dan lepas dari norma serta aturan.
Saya yakin itu normal.
Tapi sayang, saya tidak dapat sepenuhnya merealisasikannya.

Tanggung jawab. menjadi hal yang memenuhi sebagian volume otak saya.
saya terbiasa menyelesaikan banyak hal dalam waktu yang berdekatan. Membuat sebagian program kerja dan merealisasikannya dengan modal 'sok tau' dan menghargai pengalaman baru. Mengerjakan ini itu, dengan si ini, si itu, terlalu dinamis. Hingga saya berada di suatu titik jenuh, di mana saya sama sekali tidak ingin berbuat apa-apa.

Kawan-kawan saya terlalu percaya dengan saya.
Percaya??
Tolong sementara ini kalian jangan dulu percaya pada saya. Terkadang terlalu dipercaya oleh orang lain membuat diri kita lelah. Ekspektasi di luar sana begitu tinggi dan orang-orang meletakkan standar yang tinggi pada diri kita. tapi itu bukan hal yang salah. george McDonnalds mengungkapkan "To be trusted is a greater compliment than to be loved".
Ada benarnya memang. Sebuah kehormatan dan penghargaan yang luar biasa ketika kita menjadi pribadi yang sepenuhnya dipercaya orang lain, apalagi orang banyak.

Saya bersyukur karena banyak orang yang mempercayai kemampuan saya. Bahkan saya sendiri terkadang bingung. Banyak hal baru yang belum pernah saya lakukan, hanya dengan modal percaya, orang lain memberikan tanggung jawab pada saya. Dan sejauh ini, saya berusaha melakukan sebaik mungkin demi kebahagiaan orang lain dan pengalaman berharga bagi saya.
Selama masa perkuliahan, Saya berusaha untuk menjadi "sesuatu", memiliki "sesuatu" yang dapat menjadi alasan kuat untuk membuat orang lain percaya pada saya. Saya menikmati betul hal-hal baru yang ada dihadapan saya di masa kuliah. Saya tertarik untuk terjun dan mendedikasikan diri pada organisasi intern tingkat fakultas maupun universitas. Terlibat aktif di berbagai kegiatan, dan masih banyak lagi kegiatan ekstrakulikuler yang saya geluti, Radio salah satunya. Di luar semua itu, saya tetap seorang mahasiswa yang memiliki tanggung jawab akademis. Oleh karena itu, bukan hal yang mudah untuk mengimbangkan antara prestasi akademis dan non-akademis. Semuanya perlu pengorbanan kawan..

Ada sekilas cerita yang saya alami belum lama ini. Dan kejadian itu membut saya berpikir dalam-dalam. Bahwa diri kita sendirilah yang menentukan apakah kita layak dipercaya atau tidak oleh orang-orang di sekitar kita. Kita pula yang paham betul kapasitas serta batas kemampuan diri kita. Keterbatasan dan ketidaksempurnaan kita sebagai manusia sudah semestinya kita amini. Sehingga orang lain tidak akan terlalu kecewa bilamana sewaktu-waktu harapan dan kepercayaan mereka tidak sesuai dengan kenyataan.

Semester 6 yang telah saya lalui dengan cukup baik meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya. Semester ini adalah saat ketika saya merasa begitu "jenuh" dengan rutinitas perkuliahan dan organisasi kampus. Semester ini, Indeks prestasi kumulatif (IPK) saya 3,92. turun sebanyak 0,3 poin dari semester sebelumnya yaitu 3,95. Banyak pihak yang merasa kecewa lantaran IPK saya turun. Belum lagi celetukan teman2 kuliah tentang nilai "B" yang saya dapat di beberapa mata kuliah.
"Ternyata Ita bisa juga dapet B, kirain makanannya A terus..ahaha"
Saya hanya menjawab dalam hati "Aha??...trus knapa, penting banget. gw mau dapet E juga bisa!"

yayaya...
Ada lagi..
Semester ini waktunya saya untuk magang di perusahaan yang sesuai dengan peminatan saya, yaitu komunikasi strategis. Saya memang terlambat untuk mempersiapkan tujuan tempat saya magang. Alhasil, saya sedikit kelabakan mencari tempat magang yang sesuai dan "pas" dengan minat saya.
1 perusahaan komunikasi menjadi tujuan lamaran magang saya. 1 hari, 2 hari, 3 hari...saya menunggu panggilan dan berharap diterima magang di perusahaan tersebut. Kira2 seminggu saya menunggu. Suatu pagi, saya begitu penasaran dan mulai membuka email saya, berharap ada email balasan dari pihak perusahaan tersebut.
Taraaaa.........!
YES! ada email masuk dari HRD!
saya membuka dengan tidak sabar dan sedikit komat-kamit, berdoa dengan penuh harap, isi email ini adalah kabar baik.

DASH!!!!
Permintaan maaf disampaikan oleh sang pengirim, dengan menyebutkan kalau saat ini perusahaan tersebut belum menerima peserta magang. Email itu berakhir dengan doa dan kalimat menyemangati, mungkin sang pengirim tahu kalau saya akan kecewa seperti putus dengan pacar saat mengetahui penolakan lamaran magang itu.

Well....... saya ditolak.

Saya mulai lemas. sedikit pesimis. dan kecewa.
beberapa kawan saya mengetahui hal tersebut. mereka tidak banyak berkomentar. Tapi...ada satu mahluk yang berkomentar ketika mengetahui bahwa lamaran magang saya ditolak.
"Ah, masa sih ditolak?? ITA GITU LHO?"

See...? lihat kata2 terakhir.. "Ita githu Lho..."
Ada apa dengan Itha Gitu Lho..??????
Ya...saya sudah bisa menyimpulkan simbol dibalik kalimat tersebut.
Helooo.....
Saya juga manusia. Yang berhak GAGAL. berhak belajar dari kegagalan.
Ahh..yasudahlah.
Saya masih menunggu 2 kemungkinan gagal lagi. Tapi saya selalu mencoba optimis.
Semoga salah satu dari lamaran saya diterima.
Amin. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar