Jumat, 02 September 2011

Ada yang Salah dari Sebuah Istilah "Memaafkan & Melupakan"

Kamu pasti pernah mendengar istilah, "Lebih mudah memaafkan dibanding melupakan." Saya sendiri termasuk ke dalam "golongan" wanita yang pernah menggunakan istilah tersebut hanya untuk menunjukkan betapa memaafkan adalah hal yang mudah bagi kaum wanita, namun begitu sulit untuk melupakan pengalaman kurang menyenangkan yang pernah dialami. Pada kenyataannya, saya menyadari bahwa ada yang salah dari istilah tersebut. Karena yang sebenarnya adalah, kita tidak akan benar-benar bisa memaafkan kecuali kita mampu melupakan.

Memaafkan adalah tindakan toleransi untuk sebuah kesalahan yang dilakukan seseorang yang nggak akan terjadi kalau kamu nggak bisa melupakan kejadian tersebut. Menolak lupa atas sebuah kejadian yang nggak menyenangkan akan menghasilkan ‘dendam’ atau sakit hati yang tertanam dalam hubunganmu dengan orang lain dan bisa berakibat merusak hubungan kalian. Setiap orang pasti pernah mengalaminya. Termasuk saya. Dan lihatlah, betapa sulitnya memilih untuk melupakan sebuah kejadian tidak menyenangkan yang pernah kita alami. Pada akhirnya maaf hanya sebuah kemunafikan dan kenaifan perempuan yang dijadikan alasan untuk merasa menjadi korban.

Walaupun menurutmu kamu telah mampu memaafkan, tapi ingatan atas tindakan seseorang yang tertinggal akan menciptakan pengaruh yang menghasilkan kurangnya rasa percaya. Itu normal. Namun demi Tuhan, rasa tidak percaya adalah perasaan yang sangat menyiksa, khususnya bagi kaum wanita yang pilihan sikapnya berangkat dari perasaan yang dalam.

Pengampunanlah yang sebenarnya memiliki unsur memaafkan dan melupakan. Dan hanya bisa dicapai dengan mengerti apa yang kamu rasakan begitu juga perasaan orang yang melukai hatimu, mengungkapkan apa yang kamu rasakan (dalam porsi rasional), dan memaklumi kalau hubungan kalian lebih penting dibanding siapa yang benar atau salah dan yang terakhir menerima setulus hati permintaan maaf. Lagi-lagi dibutuhkan pemakluman-pemakluman.

Penting untuk benar-benar memahami apa yang kamu rasakan untuk bisa memaafkan dan melupakan. Saat perasaanmu tersakiti yang lumrah terjadi adalah bereaksi keras, walau kamu sadar betul bahwa sebenarnya reaksi tersebut berdampak negatif bagi hubungan kalian. Meredakan amarah atau emosi yang bergejolak sebelum memberikan maaf akan membantumu untuk melupakan. Karena jika kamu langsung memberikan maaf sebelum memiliki kesempatan untuk mengeluarkan rasa frustasi, akan sangat sulit untukmu melupakan kesalahan yang pernah dilakukan.

Satu hal lagi yang penting adalah coba mengerti perasaan orang yang telah melukai hatimu. Coba bicarakan kenapa ia melakukan hal tersebut. Memberikan kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi dari sisi yang berbeda akan membuatmu lebih mudah mengerti alasan hal tersebut mereka lakukan. Berikan dirimu sedikit waktu untuk mengatasi perasaanmu dan menurunkan emosi. Penting untuk menunggu sampai kamu dan dia siap untuk membahas apa yang terjadi dengan kepala dingin. Dan..ah...lagi-lagi saya masih terus belajar untuk bisa bersikap demikian. Seorang Sanguinis akan sangat kesulitan untuk menenangkan diri dan menurunkan level emosi hanya untuk sebuah pembicaraan yang solitif.

Aspek penting dalam memaafkan dan melupakan adalah menghargai hubunganmu dengan orang tersebut lebih tinggi dibanding apa yang kamu anggap benar. Kamu bisa saja benar, tapi menjadi pihak yang benar tidak akan seberharga hubungan yang kalian miliki.

Pada kenyataannya kamu nggak akan bisa benar-benar memaafkan jika kamu nggak bisa melupakan. Menolak lupa pada akhirnya menunjukkan kurangnya rasa percaya pada orang tersebut untuk tidak mengulangi hal yang sama..

Memaafkan dan melupakan adalah hal pribadi. Coba untuk memaafkan dengan dasar mengerti apa yang kamu rasakan dan dia rasakan, menurunkan emosi sebelum bereaksi, dan menghargai hubunganmu agar bisa benar-benar melupakan dan memaafkan serta menerima permintaan maaf dengan hati yang terbuka. Memang semua itu bukanlah perkara mudah, setiap kita memerlukan proses kematangan berpikir dan kemampuan mengendalikan diri. Semoga selalu ada kesempatan untuk belajar banyak hal dari sebuah kesalahan.