Sabtu, 06 November 2010

"Hamil ?!"



Eng..Ing..Eng..!
Tenang..saya masih gadis dan belum menjanda :)

Sebuah cerita yang sudah cukup lama ingin saya ceritakan pada kalian. Kejadian ini saya alami beberapa bulan lalu. Sejak saya mulai mengisi hari-hari saya dengan kegiatan magang di sebuah perusahaan multinasional di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan. Masih ingat cerita saya tentang seorang Bapak dan Blackberry-nya? ya, kisah yang terakhir saya tulis beberapa bulan yang lalu adalah ketika saya akan diwawancarai untuk menentukan apakah saya akan diterima atau tidak untuk magang di perusahaan tersebut. Dan kisah di bawah ini adalah kejadian ketika saya memulai perjalanan pada hari pertama magang di perusahaan tersebut.

Pagi itu hari pertama saya magang. saya begitu bersemangat. Jumat pagi yang penuh dengan ekspektasi. Perjalanan saya menuju kantor memakan waktu kurang lebih 1 jam 30 menit. Bus TransJakarta atau yang familiar disebut 'Busway' adalah satu-satunya pilihan bagi saya untuk menghindari kemacetan Ibu kota yang luar biasa. Ketika melangkahkan kaki memasuki terminal busway di Ragunan, suasana begitu riuh, padat dan wangi! yoi, wangi. Pagi itu saya berada di antara para pegawai dan karyawan yang berdandan necis, wangi dan rapi. Saya cukup tertegun dengan panjangnya antrean penumpang yang menanti kedatangan bus, dan hebatnya, hampir semua wanita mengenakan high heels. Mereka mengantre lebih dari 30 menit!
Saya sempat terdiam sejenak di antara keriuhan pagi itu. Seperti berada di dalam box kaca yang kedap suara. Lagu Taylor Swift yang menguasai telinga saya mulai dikalahkan dengan suara-suara di kepala menanggapi situasi sekitar saat itu. Saya mulai melangkahkan kaki seirama dengan langkah orang-orang yang semakin cepat.Mencari di mana saya sebaiknya berdiri dan mengantre. Sebuah pintu terbuka lebar, lengang dan dijaga oleh 2 orang petugas. Langkah saya dengan spontan menuju ke arah pintu itu. Ada yang aneh memang, karena tidak banyak orang yang mengantre di pintu tersebut.

3 meter..2 meter..1 meter..15 cm.
Sepertinya langkah saya berhenti di jarak 15cm dari tangan petugas yang tiba-tiba menghadang tubuh saya memasuki pintu itu.

"Maaf Mbak, Mbak Hamil??"

Astaga! pertayaan petugas itu membuat saya bingung sekaligus kaget. Enak aja saya dibilang hamil. Dia ngga liat apa ya, badan saya kecil begini dibilang lagi hamil. terlalu..;)

"Hamil???! Nikah aja belom"

Tandas saya dengan nada miring.

"Ini pintu untuk Ibu hamil, Mbak.."

"ooooooooooooooooo.....salah ya Mas.. kok ngga ada tulisan atau gambarnya, kalo ini pintu untuk Ibu hamil?"

Petugas itu hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan saya. Tanpa pikir panjang, saya langsung berjalan ke arah antrean yang benar. Antrean masih mengular. pikiran saya mulai melayang. Saya bingung kenapa petugas tadi hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan saya. Apa itu salah satu bentuk servis mereka? mungkin. :)

kekeliruan saya itu, ternyata juga dialami oleh banyak orang. Bahkan seorang pria juga hampir disangka hamil oleh petugas tadi. Alamak..
Siapa yang salah? tidak ada tulisan, tanda atau bahkan gambar ibu hamil yang dipasang di depan pintu sebagai penanda. Alhasil, banyak yang keliru dan membuat bingung banyak orang. Khususnya bagi orang-orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di terminal busaway itu.

semoga pelayanan transportasi umum di ruang publik semakin ditingkatkan. :)

Selasa, 24 Agustus 2010

Pamer "Blackberry"

Ada satu cerita menarik yang membuat saya tidak habis pikir..

kejadiannya belum lama.. Tempat Kejadian Perkara (TKP) nya di Bus Trans Jakarta di tengah perjalanan saya ke suatu tempat.
Siang itu, Bus tidak terlalu padat. Saya beruntung mendapatkan bangku, memasang headset dan memulai perjalanan dengan iringan musik dari MP3 handphone saya. Tidak lama, bus berhenti di Shelter daerah Pejaten. Penumpang yang menanti di Shelter itu cukup banyak. Wajah mereka rata-rata sedikit mengkerut, alis matanya bertemu di pertengahan wajah, dan bibir mereka sedikit komat-kamit, berharap mendapatkan bangku kosong yang masih tersisa di Bus itu.

Seorang pria yang kira-kira berusia 40 tahun cukup beruntung, ia duduk tepat di sebelah saya. (Dia mendapatkan 2 keberuntungan hari itu, pertama, ia mendapatkan bangku kosong, dan kedua, dia duduk disebelah gadis cantik peranakan jawa-pontianak)^.^ Postur tubuhnya seperti Rhoma Irama, rambutnya basah dengan gel yang wanginya khas pria sejati..(hihi..agak malay melanjutkan deskripsi ini. Baiklah, karena saya orangnya ngga nanggung-nanggung, mari kita bahas lebih lanjut).

Kalau kira-kira saya harus menyapa beliau, saya akan memanggil beliau dengan sebutan "Pak" ngga mungkin "Mas" apalagi "Om"..(hehe..emangnya saya...??idih..sorry ya..hha)
Tidak lama setelah beliau duduk, tangannya mengeluarkan sebuah gadget yang saat ini dianggap update, gaul, keren, high-tech, stylish, oleh sebagian manusia di planet ini. Jemarinya sibuk mengotak atik dan membolak-balik benda itu, menggenggamnya dan mengarahkan tinggi-tinggi sejajar dengan wajahnya. Sikapnya agak berlebihan dan cukup menyita perhatian beberapa orang yang duduk dengan normal di sampingnya, termasuk sayaSaya masih pura-pura tidak memerhatikan gerak-geriknya yang mulai "over". Tidak lama, saya mulai risih dengan kelincahan tangan BELIAU memontang-mantingkan BB nya itu. mata saya pun akhirnya saya jatuhkan tepat di wajah beliau. Sedikit mengkerut dengan ekspresi "apaan si???"
ternyata, saya baru sadari, sedari tadi beliau "pecicilan" begitu karena berharap dilihat orang lain.

"Ini, temen saya BBM-in saya dari tadi ngga abis-abis ceritanya"

*saya bingung, tu Bapak kenapa ya..saya kan ngga tanya.....
Saya hanya meringis sinis menanggapi tingkahnya yang menurut saya semakin aneh. Handphone saya tipe NEXIAN yang layar kacanya sudah membelah (baca:pecah)saya sembunyikan di balik tas. Karena saya berniat mengganti lagu di playlist mp3 saya, terpaksa saya keluarkan dari dalam tas. Tiba-tiba suara Rhoma Irama KW-3 mendayu-dayu tepat di samping telinga saya..

"Lho, HPnya kok Pecah Dek? dibanting ya? Kan sayang..Itu Blackberry bukan ya? kok beda bentuknya??"

Alamak...!! Kali ini saya emosi. tapi ruang publik memaksa saya untuk tetap behave.

"Ohh..hehehe..iya Pak, pecah. Biar lebih nyeni aja" Saya sudah kehabisan kata-kata menjawab pertanyaan paling ngga penting sejagat raya itu.

"Haha..biar lebih berseni gimana toh? Kalo Saya sih sayang HP pecah gitu layarnya. Mendingan diservice..jadi bagus lagi"

Beliau menahan ketawa karena mendengar pernyataan saya tadi sambil memutar-mutar Blackberry kebanggaannya itu. Sepertinya beliau lupa dengan pertanyaannya tentang "Itu Blackberry bukan ya?"..(Baguslah..paling tidak puasa saya ngga batal karena akan tambah emosi.

Saya rasa beliau itu baru beli Blackberry dan haus apresiasi orang akan benda itu. Aduuh....saya ngga habis pikir..
Bus kami sudah melewati lebih dari 4 shelter. Yaampun..saya sampai terhipnotis dengan emosi saya sendiri menanggapi tingkah Bung Rhoma tadi. Sesampainya di Shelter berikutnya, beliau beranjak dari tempat duduknya.
"alhamdulillah..." hanya itu yang terucap dalam hati saya.

"Saya duluan ya dek, HP nya diservice aja.. mari.."

".................................................."

yah..rasanya Bapak tadi betul-betul aneh bin ajaib. Sok tau, sok oke, sok iye.
Ada apa ya dengan Blackberry??
Percaya atau tidak, hampir semua orang yang saya temui sepanjang jalan sibuk mengotak-atik Blackberry mereka. Sebuah fenomena.

Senin, 23 Agustus 2010

Cinta Segitiga (Antara Aku, "Sneakers" dan "High-heels")




















"Kamu mau interview magang, kok dandanan'nya begitu Ta?"


Spontan pertanyaan itu membidik pikiran saya yang dengan polosnya merasa penampilan saya baik-baik saja. Mba Anna (rangking 1 dari 10 dosen kesayangan saya--yang ternyata baru kemarin berulang tahun--Happy birthday mba, hugs!)punya peran penting dalam karier perkuliahan dan motivasi saya. Nama beliau pun tercatat di daftar orang2 yg menjadi "inspirasiku" yang sengaja saya buatkan album khusus di facebook :)
Oke, balik lagi ke pertanyaan di atas..

Jadi, ceritanya hari ini saya akan bertemu dengan Bp.Wayan, seorang Group Brand Support & Compliance manager PT Holcim untuk melamar magang. kantornya di Kuningan-jakarta Selatan (wilayah yang khas dengan eksekutif muda, tua, lansia, dan kemacetan). namun sebelumnya, perjalanan saya hari ini dimulai dari kampus karena harus mengambil surat keterangan magang dari fakultas. Saya membayangkan hari ini cuaca akan sangat terik, maka tidak pikir panjang, saya hanya mengenakan kemeja putih, jeans, sneakers dan sedikit sentuhan feminim. Entah kenapa saya ngga mood mengenakan celana bahan atau blezzer (mengingat hari ini saya akan interview dan menginjakkan kaki di gedung pencakar langit yang penuh dengan manusia berpenampilan maksimal).
Setibanya di kampus, saya sempat menyapa Mba Anna, dan tiba-tiba pertanyaan di atas beliau lontarkan ke saya.
Saya hanya bisa menjawab..

"ha?? i...iya...mba..emang knp??salah ya??"
Mba Anna : " hmm...ganti 1000x! kamu harusnya pake celana bahan, kemeja rapi,spatu yg formal. dan ngga bolong kyk gitu"
(Well, dimana coba tempat terdekat saya bisa meminjam semua properti itu..?kalo ngga harus pulang lagi ke rumah..? oh..my..god. saya harus balik lagi ke rumah..fiuuh..okelah..)

Ojek..menjadi pilihan trasportasi paling ideal saat itu. Saya janji bertemu Bp.Wayan pukul 1 siang, sedangkan pukul 11 saya masih berkeliaran di daerah Depok dan sekitarnya. Sampai rumah, saya langsung siapkan baju super formal dan mengganti sneakers kesayangan saya dengan high-hells kebencian saya..ooh Tuhan..haruskah ini terjadi..(huhu..)
Baiklah..saya memang mau mengenakan high-heels, namun saya ngga nyaman. Kalau ngga sangat terpaksa, akan saya jauhkan sepatu kegemaran para wanita itu dari jangkauan saya. Tapi apa boleh buat,selama saya magang nyatanya lebih disarankan memakai sepatu formal yang ber'hak. (sebentar...kalo istilah 'disarankan" jadi bukan berarti tidak diperbolehkan memakai sneakers kan..?hihi..*teteup).

Maka dengan sedikit rasa ngga ikhlas saya mengenakan high-heels seharga 40ribu yang saya beli setahun lalu. Bisa ditebak, dengan harga sekian ngga akan menggaransi keselamatan dan kemulusan ^.^ kaki saya, karena alhasil kaki saya akan lecet di sana -sini. hiks.. Perjalanan saya menuju lokasi interview, saya mulai dengan optimis. Astaga....! sesampainya di halte busway, saya baru ingat kalau saya lupa membawa sandal jepit atau sejenisnya untuk menyelamatkan kaki saya sepulang dari interview.
Entah kenapa, saya merasa seperti anak kecil yang memakai sepatu Ibunya. hehe..rasanya pengen sok feminim, tapi agak maksa juga ya..
So, life must go on..apa yang terjadi, terjadilah..
Dan hal yang sangat memalukan benar-benar terjadi! Saya berusaha menyeimbangkan tubuh saya ketika menaiki Bus, namun nasib berkata lain, tiba-tiba.. BRAKKK!!
ohh..oke..kenyataannya saya terjatuh dengan posisi mempertaruhkan harga diri. Tidak pikir lama, saya langsung bangkit tanpa mengharapkan pertolongan dan belas kasihan siapapun. Maluuuuu......sekali rasanya, tapi hidup tetap berjalan, waktu tetap berputar searah jarum jam, ngga mungkin juga saya bisa menghentikan waktu dan mem-freeze- orang2 yang dengan kaget menatap saya yang sedang "asik" terjatuh di hadapan mereka. Atau semakin mustahil untuk saya tiba2 menghilang dan berada di kutub utara, hanya karena menghindari rasa malu.
30 menit kemudian, saya sampai di lokasi. Gedung pencakar langit itu seketika pula mencakar-cakar pikiran saya. Baru saja berlalu sekelompok wanita muda dengan dandanan menawan, wangi yang semriwing dan celetukan manis yang membuat mereka tertawa hingga terlihat begitu rapi behel yang memagari gigi mereka. oooh... Jakarta.
Gedung itu penuh dengan mahluk sedemikian rupawan. Mereka menyelaraskan diri dengan norma-norma dunia kerja. Ya, memang sudah semestinya begitu.

Saya cinta sneakers, tapi karena keadaan saya harus menaruh hati pada si high-heels. ahaha...norak ya analoginya...(biarin..)
Cinta segitiga antara kami membuat saya agak sinting. Saya merasa kalau saya ini orang yang setia (mungkin juga saya terapkan dalam menjalin hubungan). Kalau saya sudah cinta pada suatu hal, maka saya akan setia padanya. Contoh, saya suka ayam penyet di kantin kampus saya, dan selama berminggu-minggu setiap makan di kantin, saya setia pada si ayam yang nasibnya mengenaskan itu (baca :dipenyet):)
Dan kali ini saya sudah semester 7..di mana kawan2 saya mulai mengubah gaya berpenampilan mereka. Dari mulai pakaian, sepatu, hingga tata rias wajah. Sedangkan saya??

"Ita....ita...dari dulu kok gaya lw ngga berubah ya..model spatu juga ngga ganti-ganti?! Cewe mah dandan gitu...ke salon..ke spa..pake spatu yg ada hak nya, biar keliatan feminim"
Ucap salah seorang senior saya dengan lantangnya sambil tertawa tanpa dosa.

Memangnya kenapa sih..ada yg salah dengan gaya berpakaian saya..? ada yg merasa terganggu rasa kemanusiaan dan hak-hak nya dengan gaya berpenampilan saya?? Kenapa mereka sibuk sekali mengomentari hidup saya? yaa...saya anggap mereka peduli saja. daripada emosi. Namun semua itu menjadi disonansi kognitif bagi saya..
(Teori disonansi kognitif : sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut).
Sikap dan perilaku saya yg tidak konsisten adalah : "saya sudah semester 7 dan akan masuk ke dunia kerja, namun saya masih nyaman berpenampilan simple hanya dengan jeans, t'shirt dan spatu kets).

Saya baru ingat salah seorang musisi favorit saya, Dik Doank pernah mengungkapkan pernyataan, demikian bunyinya :
"Hidup adalah proses. Proses adalah perubahan,dan perubahan itulah yang menandakan kita hidup”

Kata-kata itulah yang akhirnya membuat saya mampu berpikir lebih luas. Karena hidup memang penuh dengan norma dan nilai-nilai. Setiap tahap dalam proses kehidupan saya akan menuntut saya untuk menyesuaikan diri dengan norma dan nilai yang berlaku dan dijunjung tinggi. High-heels adalah sebuah produk dari norma-norma yang dianggap ideal oleh kalangan praktisi dan dalam dunia kerja. khususnya bagi wanita. Kalau memang saya harus melakukan perubahan yang bermanfaat, toh tidak ada salahnya.
Namun, apa yang sudah saya cintai akan tetap menjadi identitas yang tidak dapat dipisahkan dari diri saya sendiri.
Saya masih punya banyak cara untuk berpenampilan sesuai norma dunia kerja, tanpa menghilangkan jati diri dan identitas saya..:)
be your self, and be brave to make a changes..

Jumat, 06 Agustus 2010

Percayalah, Tidak selamanya saya bisa dipercaya.

Hiyaaa....sudah 2 bulan saya tidak membiarkan jemari saya menari-nari di atas keyboard laptop kesayangan saya ini, setidaknya untuk menuangkan sekelumit warna-warni kehidupan. :)
Ada banyak kejadian yang terdramatisir secara alamiah di depan mata saya beberapa waktu belakangan. Salah satunya adalah ketika otak saya mulai "melemah" dan ingin lepas dari segala hal yang berbau rutinitas. Saya ingin belanja, liburan, jalan-jalan, makan-makan, atau hanya sekedar tidur-tiduran di kamar kesayangan. Rasanya saya seperti bukan manusia yang berpikir dan berpendidikan. Ingin melakukan hal-hal di luar nalar dan lepas dari norma serta aturan.
Saya yakin itu normal.
Tapi sayang, saya tidak dapat sepenuhnya merealisasikannya.

Tanggung jawab. menjadi hal yang memenuhi sebagian volume otak saya.
saya terbiasa menyelesaikan banyak hal dalam waktu yang berdekatan. Membuat sebagian program kerja dan merealisasikannya dengan modal 'sok tau' dan menghargai pengalaman baru. Mengerjakan ini itu, dengan si ini, si itu, terlalu dinamis. Hingga saya berada di suatu titik jenuh, di mana saya sama sekali tidak ingin berbuat apa-apa.

Kawan-kawan saya terlalu percaya dengan saya.
Percaya??
Tolong sementara ini kalian jangan dulu percaya pada saya. Terkadang terlalu dipercaya oleh orang lain membuat diri kita lelah. Ekspektasi di luar sana begitu tinggi dan orang-orang meletakkan standar yang tinggi pada diri kita. tapi itu bukan hal yang salah. george McDonnalds mengungkapkan "To be trusted is a greater compliment than to be loved".
Ada benarnya memang. Sebuah kehormatan dan penghargaan yang luar biasa ketika kita menjadi pribadi yang sepenuhnya dipercaya orang lain, apalagi orang banyak.

Saya bersyukur karena banyak orang yang mempercayai kemampuan saya. Bahkan saya sendiri terkadang bingung. Banyak hal baru yang belum pernah saya lakukan, hanya dengan modal percaya, orang lain memberikan tanggung jawab pada saya. Dan sejauh ini, saya berusaha melakukan sebaik mungkin demi kebahagiaan orang lain dan pengalaman berharga bagi saya.
Selama masa perkuliahan, Saya berusaha untuk menjadi "sesuatu", memiliki "sesuatu" yang dapat menjadi alasan kuat untuk membuat orang lain percaya pada saya. Saya menikmati betul hal-hal baru yang ada dihadapan saya di masa kuliah. Saya tertarik untuk terjun dan mendedikasikan diri pada organisasi intern tingkat fakultas maupun universitas. Terlibat aktif di berbagai kegiatan, dan masih banyak lagi kegiatan ekstrakulikuler yang saya geluti, Radio salah satunya. Di luar semua itu, saya tetap seorang mahasiswa yang memiliki tanggung jawab akademis. Oleh karena itu, bukan hal yang mudah untuk mengimbangkan antara prestasi akademis dan non-akademis. Semuanya perlu pengorbanan kawan..

Ada sekilas cerita yang saya alami belum lama ini. Dan kejadian itu membut saya berpikir dalam-dalam. Bahwa diri kita sendirilah yang menentukan apakah kita layak dipercaya atau tidak oleh orang-orang di sekitar kita. Kita pula yang paham betul kapasitas serta batas kemampuan diri kita. Keterbatasan dan ketidaksempurnaan kita sebagai manusia sudah semestinya kita amini. Sehingga orang lain tidak akan terlalu kecewa bilamana sewaktu-waktu harapan dan kepercayaan mereka tidak sesuai dengan kenyataan.

Semester 6 yang telah saya lalui dengan cukup baik meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya. Semester ini adalah saat ketika saya merasa begitu "jenuh" dengan rutinitas perkuliahan dan organisasi kampus. Semester ini, Indeks prestasi kumulatif (IPK) saya 3,92. turun sebanyak 0,3 poin dari semester sebelumnya yaitu 3,95. Banyak pihak yang merasa kecewa lantaran IPK saya turun. Belum lagi celetukan teman2 kuliah tentang nilai "B" yang saya dapat di beberapa mata kuliah.
"Ternyata Ita bisa juga dapet B, kirain makanannya A terus..ahaha"
Saya hanya menjawab dalam hati "Aha??...trus knapa, penting banget. gw mau dapet E juga bisa!"

yayaya...
Ada lagi..
Semester ini waktunya saya untuk magang di perusahaan yang sesuai dengan peminatan saya, yaitu komunikasi strategis. Saya memang terlambat untuk mempersiapkan tujuan tempat saya magang. Alhasil, saya sedikit kelabakan mencari tempat magang yang sesuai dan "pas" dengan minat saya.
1 perusahaan komunikasi menjadi tujuan lamaran magang saya. 1 hari, 2 hari, 3 hari...saya menunggu panggilan dan berharap diterima magang di perusahaan tersebut. Kira2 seminggu saya menunggu. Suatu pagi, saya begitu penasaran dan mulai membuka email saya, berharap ada email balasan dari pihak perusahaan tersebut.
Taraaaa.........!
YES! ada email masuk dari HRD!
saya membuka dengan tidak sabar dan sedikit komat-kamit, berdoa dengan penuh harap, isi email ini adalah kabar baik.

DASH!!!!
Permintaan maaf disampaikan oleh sang pengirim, dengan menyebutkan kalau saat ini perusahaan tersebut belum menerima peserta magang. Email itu berakhir dengan doa dan kalimat menyemangati, mungkin sang pengirim tahu kalau saya akan kecewa seperti putus dengan pacar saat mengetahui penolakan lamaran magang itu.

Well....... saya ditolak.

Saya mulai lemas. sedikit pesimis. dan kecewa.
beberapa kawan saya mengetahui hal tersebut. mereka tidak banyak berkomentar. Tapi...ada satu mahluk yang berkomentar ketika mengetahui bahwa lamaran magang saya ditolak.
"Ah, masa sih ditolak?? ITA GITU LHO?"

See...? lihat kata2 terakhir.. "Ita githu Lho..."
Ada apa dengan Itha Gitu Lho..??????
Ya...saya sudah bisa menyimpulkan simbol dibalik kalimat tersebut.
Helooo.....
Saya juga manusia. Yang berhak GAGAL. berhak belajar dari kegagalan.
Ahh..yasudahlah.
Saya masih menunggu 2 kemungkinan gagal lagi. Tapi saya selalu mencoba optimis.
Semoga salah satu dari lamaran saya diterima.
Amin. :)

Kamis, 03 Juni 2010

"Untukmu Cahayaku"



Kau… estetika dan nuansa kedamaian yang menyuluhkan awal mei nan indah
Kau… limpahkan butir-butir kilau menawan di permukaan hatiku
Kau… luapkan kesenduan yang kian memojokkan karang batinku
Kau… Lantunkan bait-bait naif retorik yang begitu heroik
Kau… Serukan lantang irama indah yang mengawali goyahnya akalku
Kau… suatu dimensi mutakhir memadati setiap beluk lekuk diriku
Kau… Segera, sematkan untaian gejolak dalam indah mimpiku
Kau… lalu, kini, kelak menyentak keriangan pada hela nafasku yang panjang
Kau… inginku, harapku, cemasku.. di atas benderangnya pelita yang kau perankan
Kau… sampai pun inginku…
Kau… tetaplah…., Pancarkan pelita indahmu mengiringi derap degup jantungku..,
Karena…
Kau… cahaya hatiku..
Ya…Sungguh kau…
Noor Aprilia Puspita Sari

-gembyeng ciptadi-
-------------------------------------------------------------------

Puisi itu begitu indah. Tak pernah terucap memang, namun saya bisa rasakan ketulusannya. Ya, puisi pertama yang pernah saya terima dari seorang pria yang pernah hadir, mengisi dan menumpahkan cat warna-warni dalam perjalanan hidup saya.
belum lama saya katakan akan menulis tentangnya. Berhubung suasana hati mendukung, sedikit saya ingin bercerita tentangnya.

Berawal dari masa transisi saya dari pelajar SMA menjadi mahasiswa, saya merasakan banyak hal yang menarik. Tentang orang-orang baru, kehidupan kampus, mahasiswa, organisasi, orasi, konsep diri, argumentasi, dan lainnya termasuk tentang dirinya.

Wajah dengan kesan lugu, menyenangkan dan menyimpan sejuta pertanyaan itu membuat saya bertanya-tanya tentang apa dan siapa dirinya. Wajahnya sangat damai, sebagaimana idealismenya dan ketertarikannya dengan musik reggae. pengetahuannya luas, rendah hati, senang bertemu orang baru, merasa bebas berada di keramaian, memiliki perspektif yang luar biasa tentang bagaimana memandang dan mengapresiasi seni, ramah, penyabar, tidak mudah meluapkan emosi dalam bentuk fisik, plegmatis, pemikir, kritis, idealis, berpendirian kuat, teguh, dan tenang.

Nyaman.
Itulah perasaan yang saya rasakan saat bersamanya. Kami melakukan banyak hal menarik yg dianggap aneh oleh banyak pasangan lainnya,memanjat pagar taman Monas yang tingginya hampir 2 meter, saling bertukar pikiran, mengkritisi banyak hal, menerapkan teori pada realita-realita sosial,mentertawakan hedonisme, dan masih banyak lagi. Kami bercerita, berdongeng tentang kehidupan dan meresapi makna-maknanya. Celetukannya, canda tawanya, senyumannya membuat saya senantiasa tersenyum.
Indah. Indah sekali kawan..percayalah.

Banyak tempat yang belum pernah saya jejaki selama ini. Ia membawa saya ke semua tempat itu. memandang penjuru Ibu Kota dengan bebas dari Monumen Nasional. Sudah hampir 15 tahun saya tinggal di Jakarta, namun sayangnya saya tidak memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk menikmati tempat-tempat menariknya. Kali itu, saya begitu bahagia. Kami banyak menyambangi pertunjukan-pertunjukan teater dan musik, menikmati angin malam dan suasana Ibu Kota di malam hari. Indah....sekali.

ia seperti sahabat, kakak, ayah, dan pacar pertama saya. Caranya mencintai memang terkadang sulit dimengerti. Namun begitulah ia. Membari tanpa perlu diketahui, menyayangi dengan sikap dan perilakunya, menenangkan gundah banyak orang dengan logikanya. Ia hadir di usia saya yang ke 19. Di ulang tahun saya yang ke 19, kami belum mengikat diri satu sama lain. Ia memberikan hadiah buku yang berjudul "BE HAPPY". Ia ingin saya bahagia kawan, Ia ingin saya merasa bahagia bersamanya (atau mungkin tanpanya). Setidaknya saya mengerti, betapa ia inginkan saya untuk bahagia.












Taman Ismail Marzuki, 7 Mei 2008.
Alunan musik karya kelompok musik KUAETNIKA masih mengalun indah, ramai, meriah di hati kami, walaupun kami sudah melangkahkan kaki keluar gedung Graha Bakti Budaya menuju tempat parkir. Malam itu, pukul 23.00 WIB dan kami masih merasakan euforia pertunjukan yang sudah usai 10 menit yang lalu. Tempat parkir saat itu masih begitu padat, sumpek, riuh dengan asap knalpot motor dan penjaganya yang sok sibuk menerima pembayaran dan karcis para pengendara motor. kami memutuskan untuk duduk dan bersantai sejenak di bawah pohon tidak begitu jauh dari tempat parkir, sambil menunggu suasana lebih lengang.
Saya menari, melompat kesana kemari, berdendang sedikit berlebihan karena efek pertunjukan tadi. Ia duduk dengan tenang di trotoar jalan. Saya sibuk menendangi botol Aqua kosong yang terus mengejek saya. Setelah cukup lelah, saya kemudian duduk di sampingnya.
Diam..tenang..

Saat itu saya begitu penasaran dengan apa yg sedang ia pikirkan. Sepertinya ada beban dan masalah yang belum terselesaikan. Saya berusaha bertanya dan menawarkan bantuan. Ia hanya tersenyum.
Ia mulai bercerita. Alurnya mundur. Ia bercerita tentang selulusnya ia dari bangku SMA, sempat belajar bahasa jerman di Guthe Institute,sampai dengan ia mengenal saya.
Suasana malam semakin dingin, suara-suara motor yang tadi begitu bising kini sunyi senyap.
ceritanya begitu menarik dan sangat kronologis. (saya selalu tertarik mendengarkan ceritanya tentang apapun). Sampai tiba di suatu pernyataan ketika pertama kali hingga saat itu ia mengenal saya. kenapa ceritanya menuju pada diri saya??
mencermati ceritanya tentang saya, rasa kantuk saya lenyap perlahan. Maklum..mungkin efek narsisme saya muncul, jadi saya senang mendengar pandangan-pandangan, kesan darinya terhadap diri saya :)
Astaga..saya terbang beberapa centimeter dari tempat saya duduk!
(hehehe...)

Saya semakin gugup. Tangan mulai dingin. Pikiran berkelana tak tentu arah.
Ia katakan.. Ia nyaman dengan saya, ia merasa bahagia dan menyayangi saya?!
Dig...dig...dig....
saya tertegun. Terpaku. Hening.
(Stay Cool ita..tenang...haduh..musti berekspresi gmn ya?) kurang lebih seperti itu yang saya pikirkan di alam sadar saya.

Sekarang giliran saya bicara. Saya ceritakan semua yg saya alami. Persis seperti caranya menceritakan kronologis kehidupannya sampai dengan kami bertemu dan saling merasa nyaman.
Saya merasa ada hal aneh yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.
Saya tersenyum.
Ya..saat itu yg saya ingat, hanya..
Saya tersenyum.

Saya memecah kekakuan dan kebekuan suasana di antara kami. saya rasa sudah waktunya kami beranjak pulang, karena tinggal motornya yang ada di tempat parkir. kasihan tukang parkir sudah celingak-celinguk mencari empunya motor itu.

Selama perjalanan pulang, kami tidak banyak bicara. Saya cenderung diam dan berpikir dalam-dalam.(jujur saja saya ngantuk! :0)hehe...
Tapi saya merasa begitu bahagia..sangat bahagia. Begini ya rasanya disayangi..
Saya meneteskan air mata yang saya sendiri tak paham mengapa. Air mata itu terus menetes diluar kendali saya.
Mulai saat itu, saya menaruh harapan. Menghadapi warna lain dari hidup saya. menikmati sensasinya. 2 Tahun kami bersama. melakukan lebih banyak hal. Kami berusaha untuk memahami, menghargai satu sama lain. Dilematika mulai muncul, konflik menjadi hal yang menarik untuk dianalisa dan diselesaikan.
Indah..

Senin, 31 Mei 2010

Cahaya Malam

Tepat pukul 01.00 dini hari.

Saya baru menapakkan kaki di depan pintu rumah. Mengamati sekeliling seperti maling.
membuka pintu perlahan dan mendapati kakek saya yang begitu setia duduk terkantuk di singasananya.
Melepas segala atribut dan beban seharian.
merebahkan badan dan menikmati setiap otot yang tertarik perlahan.

hei.. masih jelas di kelopak mata saya bayangan seorang pria yang mengais tumpukan sampah di pertigaan tadi. mencari secercah cahaya diantara tumpukan kegelapan dan bau busuk tempat sampah. Uang adalah cahayanya malam itu.
Banyak fenomena kehidupan yang saya amati sepanjang jalan pulang tadi.

Entah mengapa saya suka suasana malam.
lampu-lampunya yang cemerlang dan berwarna-warni.
Angin malam yang menusuk namun mampu membawa pikiran melayang dan melamunkan banyak hal.
Menyaksikan waria melambai mengharapkan sambutan om-om girang.
Meresapi pengorbanan sepasang suami-istri yang belum juga mengakhiri hari ini di tempat tidur bersama anak-anaknya, demi menyambung hidup keluarga.
semua itu membuat saya berpikir dan mengamati hidup sendiri.
betapa beruntungnya saya saat ini.
Selalu ada rasa syukur yang kemudian lahir dan mendewasa di hati.
Saya suka suasana malam, karena saya dapat menyaksikan sisi lain kehidupan.

humh..sudah stengah jam lebih saya duduk bersila dan menatap layar monitor ini.
Mencoba menuangkan rasa dan asa.
saya merasa hampa malam ini. entahlah.
Rasanya enggan beranjak dan memejamkan mata.
Humh.....menghela nafas dalam-dalam dan menutup mata rasanya belum juga mampu menghapus berbagai pikiran yang menggangguku.
saya ingin nikmati malam ini.
bersama cahaya-cahayanya.
Bersama hembusan anginnya.
Bersama bulan dan bintang yang nampaknya sedang tak bersahabat.

Astaga..baru terbesit dan teringat esok pagi, kuliah manajemen periklanan telah menanti!saya harus presentasi??? huffhh...
Terserah... tak peduli.
saya sudah cukup lihai. haha...terserah...smoga saja lancar.
saya sedang tidak mau memikirkan hal-hal yang bersifat rutin.
Hal-hal yang berkiblat pada nilai dan pandangan orang lain.
saya lelah.
malam ini begitu indah..terlalu singkat untuk dibayang2i kegundahan hari esaok.
Nikmati saja..
Tak mau pedulikan kantung mata yang akan menuai celetukan2 miring kawan2 esok pagi.
T E R S E R A H.
Nikmati saja malam ini...

Minggu, 30 Mei 2010

Cukup Ita, Saya Mohon....

Saya seperti tidak mengenal diri saya sendiri.
Saya lepas kendali atas diri saya sendiri.
Saya berada di luar diri saya saat ini.

Saya wanita yang mandiri, independen, ceria, dinamis, bertanggung jawab, dan banyak lagi penilaian subjektif terhadap diri saya, oleh saya sendiri. Entahlah, apa semua itu sebagaimana halnya penilaian orang lain atau tidak. Tapi saat ini saya sedang tidak peduli dengan penilaian orang lain.
Namun sering saya merasa begitu bodoh. Begitu lemah, seperti pecundang yang kemudian merasa kalah. Ketika saya mendapati diri saya menangis sendirian di dalam kamar saya yg sempit, saya begitu tertekan. Saya seperti ruh yang tak kuasa menenangkan jasmani saya yang lelah. Saya termenung menatap diri saya yang terus menangis hingga matanya membengkak. Ruh saya terus berteriak "CUKUP ITA!CUKUP!" tepat di telinga saya sendiri. Batin saya yang sering merasa terkoyak seakan melemah perlahan.

Saya diam.
Saya termenung blo'on.
Pikiran saya terbang tak tentu arah.
Sekilas terbayang keceriaan saya bersama sahabat-sahabat lawas.
Sesekali terlintas di pikiran saya senyuman Alm. Eyangti yang begitu damai.
Saya mencari terus kemana perginya diri saya yang hilang.
Saya seperti kehilangan.
Astaga... apa yang sedang terjadi. Bahkan saya sendiri sulit mengontrol emosi yang naik turun tak pernah stabil ini.

Banyak orang yang menganggap saya wanita yang tegar. Mampu menghadapi cobaan dengan tenang. Tapi mereka tak selamanya benar. Saya tertekan. Saya marah. Saya sering merasakan disorientasi yang kemudian berakhir dengan tangisan. Yang menjadi pembelaan saya hanyalah, karena saya manusia.
Saya sering membuat pacar saya bingung untuk berbuat sesuatu demi menenangkan saya ketika saya merasa kesal. Saya sering bertingkah kekanak-kanakan sehingga merasa diabaikan. Saya sering membuatnya kesal dan merasa disudutkan. Saya sering melakukan hal-hal bodoh yang kemudian berakhir dengan kata maaf.

Cukup Ita..
Cukup untuk segala hal yang kau harapkan terlalu tinggi dan berlebihan.
tentang perhatian dan afeksi yang melimpah. belum saatnya kau dapatkan.
Cukup untuk berbuat bodoh dan akhirnya kau sendiri yang harus meminta maaf.
Cukup untuk menangisi diri sendiri dan orang lain di kamar.
Cukup untuk memaki diri sendiri dan merasa tak berguna.
Cukup untuk semua pikiran-pikiran pecundang yang bersemayam di benakmu.
Cukup untuk merasa kau pantas diperlakukan selayaknya wanita.

Saya hanya ingin bahagia. Tanpa mengurangi kebahagiaan orang lain.
Saya ingin hadir dalam setiap kebahagiaan orang lain dan turut merayakannya.

Cukup Ita.. Saya mohon..

Jumat, 28 Mei 2010

Aku Bukan Seniman, Tapi Aku Cinta Seni..

"Gaya lo Ta..kyk ngerti seni aja..!"
ungkapan bernada minor kawan saya itu memang membuat saya sedikit tertegun. Hey What'z Up meen!gw emang bukan seniman..tapi gw tau, cinta dan bisa merasakan apa itu Seni!Gimana seni itu diinterpretasikan dan diapresiasi! wuih, enteng banget memang kawan saya itu bicara, ngga sadar malaikat Atid sedang memamerkan "buku dosa" di hadapannya. Yah..semua kalimat di atas itu hanya terucap di batin saya. Saya hanya tersenyum menanggapi kawan saya yang "baik hati" itu. hehe..
But, It's ok.. setiap orang berhak mengomentari apapun di dunia ini (walaupun mereka ngga sadar ucapan mereka itu menyinggung hati orang lain).
*Case Closed.

balik lagi ke per'seni'an :)
Buat saya, seni itu kehidupan. Menghargai seni artinya menghargai kehidupan. Hidup saya, hidup anda, hidup kita semua. Saya percaya, setiap orang memiliki jiwa seni. Wanita bisa bersolek cantik dihadapan cermin, sampai lipsticnya bisa tepat terpoles di bibir, alis matanya ngga miring sebelah, spatu heels--yang bikin lecet n pegel-- itu bisa memperindah betis setiap kaum hawa, dan lainnya. Setiap lelaki bisa memadupadankan baju-baju berwarna gelap dengan jeansnya, spatu belel dengan gaya nyentriknya, semuanya begitu selaras dan serasi.

Saya suka sekali teater. Tapi saya bukan pelaku teater.
Saya tergila-gila dengan arrangement musik buah karya Djaduk feriyanto,
Tapi saya tidak bisa memainkan alat-alat musik.
Saya kagum dengan lukisan Raden Saleh, tapi saya tidak bisa melukis.
Saya terenyuh saat menikmati puisi WS Rendra, tapi saya tidak jago membaca puisi.
Jantung saya berdegub saat menyaksikan tarian-tarian tradisional dan alunan gamelan, tapi saya tidak bisa menari.
LALU...pertanyaannya adalah, saya bisa apa??!!
Jawabannya, Saya bisa merasakan, meresapi, terhanyut, tersenyum, dan mengapresiasi semua itu.

Selasa, 25 Mei 2010

Namaku Cahaya..

Noor Aprilia Puspitasari. Cahaya di bulan April. Puspitasarinya cuma biar panjang aja..Kurang-lebih, jelek-bagus, itu arti dari nama saya. Setidaknya begitulah yang saya ingat dari ucapan Papa ketika saya bertanya pada beliau tentang apa arti nama saya.

Lahir di Ibukota Jawa tengah, 5 April 1989 dan hanya menempuh pendidikan sampai dengan kelas 3 SD di Semarang yang kemudian -- di usia saya yang masih sangaaaat belia itu-- saya memutuskan untuk pindah ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah di sana hanya karena iming-iming kakak laki-laki saya. Saya anak ke dua dari tiga bersaudara. sebetulnya kami bertiga sulit dipisahkan. Tapi entah bagaimana, kakak saya pindah ke Jakarta terlebih dahulu. Masih lekat betul di ingatan, ketika itu, kakak saya, yang masih duduk di bangku kelas 5 SD menelpon dan mendeskripsikan betapa menyenangkan belajar komputer di Ibukota Jakarta. Haha..kalo diingat-ingat..norak juga ya saya pada waktu itu (Maklum saat itu di daerah seperti Semarang, pendidikan Sekolah Dasar masih belum mengenal Komputer). Dengan logat jawa yang masih sangat kental, saya merengek dan meminta terang-terangan ke papa dan mama saya untuk mengajak saya ke Jakarta dan melanjutkan sekolah sampai perguruan tinggi di Ibukota.

kebetulan, dan mungkin juga memang takdir saya, Kakek saya datang dari Jakarta dan memboyong saya beserta adik saya untuk tinggal bersama di Jakarta. Akhirnya kami bertiga dipersatukan. ^.^

Tinggal dengan keluarga besar dalam satu atap menjadi pemandangan yang cukup menarik dan penuh dilematika sekaligus dinamika bagi saya. Saya lebih memilih bermain dan menikmati masa kanak-kanak saya ketimbang berdiam diri di rumah yang saat itu tidak terlalu kondusif untuk anak kecil seusia saya. Sejak kecil, saya sering bermain dan bertingkah layaknya anak laki-laki. Mungkin karena saya anak wanita satu-satunya. Saya lebih tertarik main di selokan ketimbang main boneka dan "anteng" di rumah. Saya lebih gembira memanjat pohon jambu dan memakannya walau belum cukup ranum, ketimbang main masak-masakan bersama anak-anak tetangga. Masa kecil saya penuh dengan kegiatan-kegiatan dan permainan2 aneh dan menantang, Saya seperti berada di dunia lain yang hanya ada saya, kakak saya, sepeda kami, pepohonan, kayu, pasir, dan berbagai benda-beda purbakala yang sebenarnya hanyalah imajinasi kami. yang jika saya ingat-ingat, lebih pada permainan anak autis. hehe..

Saya suka sekali belajar,
yaa..bukan dengan cara membaca tumpukan buku sampai harus mengenakan kacamata tebal. Tapi saya senang sekali belajar hal-hal baru yang ada di sekitar saya, atau yang saya alami dari pengalaman saya dan orang lain. Saya dianggap termasuk anak yang paling rajin dalam keluarga saya dibandingkan dengan dua saudara laki-laki saya. Saya selalu mendapatkan peringkat tinggi di kelas, beasiswa, predikat-predikat membanggakan dari sekolah, dll. Saya dinilai ulet dan cekatan. Mencintai kerja keras, dan nyaris perfeksionis.

Saya bukan wanita yang feminim dan memiliki postur tubuh ideal,
Ya, kalimat cercaaan dari yang sangat halus sampai dengan yang terlalu sarkasme sudah saya telah mentah-mentah. Rasanya agak pahit di tenggorokan ya.. :)
Tapi itulah saya. memang terkadang merasa terganggu dengan ucapan-ucapan minor di sekitar saya. Namun saya yakin, setiap manusia diciptakan oleh Tuhan dengan begitu sempurna. begitu seimbang, ideal, dan indah. Saya tidak mengandalkan fisik saya untuk menarik perhatian orang-orang di sekitar saya untuk bersahabat. Saya lebih suka berbagi cara pandang dan pemikiran sehingga bobot persahabatan kami tidak hanya sebatas persamaan keindahan fisik semata.

Saya memiliki malaikat yang jauh di belahan dunia sana,
Saya memiliki 3 malaikat yang selalu ada untuk saya. Malaikat Rokib, Atid, dan satu lagi adalah tante saya. Dewi Sulistyowati yang sering disapa Evie. Di mata saya, dia adalah sosok wanita yang begitu tangguh. Saya banyak belajar darinya. Namun memang begitu sulit untuk menjadi pribadi sepertinya. Dinamika kehidupannya begitu berwarna. namun Ia mampu menghadapinya dengan tenang. Saat ini memang kami berada di lain benua. beliau tinggal dan menetap di Chicago, USA. Saya di Cinere ;)
Saat saya merasa begitu lemah, saya bercerita panjang lebar dengannya melalui jejaring sosial, atau email. Cara pandangnya sangat universal, objektif dan demokratis. Saya merasa begitu beruntung memiliki tante sepertinya. Semoga saya dapat menjalani segala bentuk dinamika hidup sekuat beliau menghadapi kehidupannya.

Cinta pertama saya hadir di usia saya yang ke 19,
Mungkin yang ini membuat saya sedikit tersenyum-senyum saat menceritakannya. hehe. Awal Mei 2008 menjadi hari bersejarah untuk kehidupan percintaan saya. Seorang dengan kepribadian yang tenang, plegmatis, dewasa, santai cukup menyita pikiran saya, memikirkan apa saya yg ada di dalam isi kepalanya. Ia lelaki yang banyak tahu, memiliki banyak teman, mudah bergaul, rendah hati, dan berwawasan luas.
Lahir dengan nama Suluh Gembyeng Ciptadi. Sekilas mendengar namanya begitu unik dan menarik bukan? ya..nama yang unik..
Usianya 2 tahun di atas saya. Kami bertemu pertama kali di hari kesekian semester 1 saat memulai dunia perkuliahan. Belum waktunya saya menulis tentangnya saat ini, lain waktu saja.hhe..

Saya tumbuh menjadi wanita yang........
Saya belum juga memahami siapa saya saat ini. Saya masih sibuk mencari, menata dan memilah siapa sejatinya saya layak disebut.
Semoga seiring berjalannya waktu, saya akan menemukan jawabannya.

Best regards,
ita.